Senyuman Walikota, Tanda Apa?

PASCA artikel “Pemprov Nonjobkan Puluhan Kadis, Pemkot Bengkulu Kapan?” tayang di TEDLINE.id, ponsel penulis jadi lebih sibuk dari biasanya. Ada yang chat, ada yang telpon. Intinya minta walikota segera rombak bawahan. Kalau berani.

Komentar juga datang dari Ketua DPRD Kota Bengkulu, Herimanto. Ia berkelakar Pemkot masih tidur.

Sementara anggota DPRD, Kusmito Gunawan, nyeletuk sopan, “Pak Dedy itu mungkin masih sayang, walau dulu nggak disayang.”
Quotes yang layak masuk FYP TikTok.

Ketika isu ini dikonfirmasi langsung ke Walikota Dedy Wahyudi, jawabannya sama. Dia diam, sembari lempar senyum ala model pasta gigi.

Tapi, senyuman itu tanda apa Bang Dedy?

Kita mundur lagi ke belakang. Saat Pilkada, Dedy Wahyudi kembali naik ring, siap bertarung. Tapi sayang, sebagian besar pejabat di Pemkot, yang pernah jadi anak buahnya, malah belok arah.

Ada satu cerita yang sering diulang di kalangan dalam. Camat Selebar dan Muara Bangkahulu, katanya terang-terangan dukung lawan politik Dedy. Bahkan ikut ‘bagi-bagi’.

Camat lain? Main kiri, main kanan. Malam di Sidomulyo, siang di Tanah Patah. Cari aman.

Banyak juga pejabat yang dikabarkan ikut gerbong pimpinan saat itu. Sebut saja mulai dari Kabid Mutasi, pimpinan Kominfo, BPBD, hingga Direktur BUMD.

Uniknya, ada pula loyalis berbasis alumni, yang dipimpin seorang kadis berkepala kinclong. Bak komandan, ia merekrut Kepala KB dan Sekwan ke satu barisan.

Kini semuanya masih aman. Masih menjabat, masih ngopi di ruangannya masing-masing. Belum ada yang terusir.

Kendati Dedy yang juga aktivis HMI ini pernah emosi. “ASN yang tak sejalan lebih baik mengundurkan diri,” ucapnya suatu ketika.

Mungkin itu yang membuat beberapa pejabat lari ke provinsi. Untuk menghindari badai mutasi dan terkesan dapat promosi.

Ingat, semua tahu Dedy Wahyudi bukan orang baru dalam dunia komunikasi. Ia mantan GM RBTV yang dikenal piawai memainkan strategi.

Apa arti sebuah senyum? Iwan Fals bilang, “Westerling pun tersenyum.”

__________________________________

Catatan: Tulisan ini disusun dari cerita para narasumber yang enggan disebutkan namanya.