Inflasi Bengkulu Terkendali, Lebih Rendah dari Rata-Rata Nasional dan Provinsi Sekitar

TEDLINE.id – Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) memaparkan kondisi inflasi di sejumlah provinsi dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi nasional yang digelar pada Senin (6/10/2025) di Jakarta Pusat. Dari data tersebut, Provinsi Bengkulu tercatat sebagai salah satu daerah dengan tingkat inflasi yang terkendali, jauh di bawah rata-rata nasional dan beberapa provinsi lain di Sumatera.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tahunan (year-on-year) Bengkulu pada Agustus 2025 sebesar 2,57 persen, masih di bawah rata-rata nasional 2,65 persen. Tren inflasi Bengkulu sepanjang tahun juga menunjukkan pergerakan yang stabil: Januari sebesar 0,29 persen, naik perlahan hingga puncaknya di Juli sebesar 3,01 persen, lalu menurun di Agustus menjadi 2,57 persen.

Sumut Tertinggi, Bengkulu Masih Aman

Sekretaris Jenderal Kemendagri, Tomsi Tohir, menyampaikan bahwa Sumatera Utara menjadi provinsi dengan inflasi tertinggi secara nasional pada 2025, mencapai 5,32 persen. Posisi selanjutnya ditempati Riau (5,08 persen), Aceh (4,45 persen), Sumatera Barat (4,22 persen), Sulawesi Tengah (3,88 persen), dan Jambi (3,77 persen).

Sementara itu, inflasi di Bengkulu masih berada di bawah batas atas target inflasi nasional yaitu 3,5 persen. Adapun provinsi lain seperti Sulawesi Tenggara (3,68 persen), Papua Pegunungan (3,55 persen), Sumatera Selatan (3,44 persen), dan Papua Selatan (3,04 persen) juga tercatat masih di atas inflasi Bengkulu.

Tomsi Tohir menegaskan bahwa meskipun inflasi di sebagian besar wilayah Indonesia masih dalam kategori moderat, provinsi dengan tingkat inflasi di atas lima persen perlu mendapat perhatian khusus. “Kami mohon ini menjadi perhatian para gubernur, khususnya di 10 wilayah dengan tingkat inflasi tertinggi,” ujarnya.

Inflasi Rendah di Timur Indonesia

Dalam rakor tersebut, Tomsi juga memaparkan beberapa daerah dengan inflasi rendah, di antaranya Papua (0,99 persen), Maluku Utara (0,17 persen), Sulawesi Utara (1,57 persen), Kalimantan Timur (1,77 persen), Kepulauan Bangka Belitung (1,82 persen), Kalimantan Barat (1,94 persen), dan Gorontalo (1,99 persen).
Ia menyebut, daerah-daerah tersebut berhasil menjaga kestabilan harga dengan memperkuat distribusi pangan dan operasi pasar secara rutin.

Baca Juga :  Ekspor Bengkulu Juli 2025 Capai US$3,93 Juta, Tidak Ada Impor

Kontribusi Sektor Pangan

Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menambahkan bahwa secara nasional, penyumbang inflasi terbesar berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 0,11 persen. Komoditas seperti cabai merah, ayam ras, dan cabai hijau menjadi faktor utama kenaikan harga bulan ke bulan.

BPS mencatat, cabai merah mengalami inflasi 32 persen month to month, ayam ras naik 8,59 persen, sementara cabai hijau naik 22,7 persen. Namun di Bengkulu, lonjakan tersebut dapat diredam karena suplai pangan lokal masih terjaga.

Dengan inflasi yang tetap rendah, daya beli masyarakat Bengkulu relatif stabil, dan hal ini diyakini akan menopang pertumbuhan ekonomi daerah hingga akhir tahun 2025.

Previously

Dugaan Gratifikasi, API Desak Kejati Periksa Mantan Karyawan Kontrak Bank Bengkulu

Next

Kendalikan Inflasi, Pastikan Harga Kebutuhan Pokok Terkendali

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TedLINE.id
advertisement
advertisement